Friday, August 31, 2012

Renungan 31 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Jumat, 31 Agustus 2012
 

1Kor 1:17-25
Mzm 33:1-2,4-5,10-11
Mat 25:1-13
 

BIJAKSANAKAH KITA? 

Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak.
- Mat 25:3
 

Terkadang bila kita membaca perikop ini, kita setuju bahwa gadis-gadis yang bodoh layak mendapat hukuman karena tidak mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Namun sebenarnya mereka itu melambangkan diri kita.

Hidup di jaman sekarang yang dipenuhi berbagai fasilitas dan kemudahan membuat kita dengan mudah mengandalkan diri sendiri untuk melakukan segala hal, termasuk hal mengikut Tuhan. Mari kita melakukan sedikit survei. Seberapa banyak dari kita yang rutin melayani Tuhan?
Siapa yang setiap hari masih rutin mengambil waktu khusus untuk berdoa dan membutuhkan Roh Kudus sebagai penolong? 

Untuk mempermudah, mungkin kita dapat mengartikan pelita melambangkan hidup kita, sedangkan minyak adalah Roh Kudus. Yesus sangat tahu bahwa kita tidak akan mungkin hidup di jalanNya tanpa pertolongan Roh Kudus.
Itulah sebabnya kejadian Pentakosta ditulis di bagian awal dari kitab Kisah Para Rasul. Hal itu melambangkan Roh Kudus sebagai sosok penting yang menjadi dasar dari seluruh kitab Perjanjian Baru.

Oleh karena itu membaca dan melakukan Firman Tuhan haruslah di dalam terang dan tuntunan Roh Kudus. Mungkin kita dapat melakukan semuanya dengan kekuatan diri sendiri, namun kita akan menjadi lemah dan tak bertahan lama.
Berdoalah dan mintalah Roh Kudus setiap hari untuk menuntun dan menolong kita dalam kehidupan sehari-hari. (Al) 


Apakah saya sadar bahwa saya membutuhkan Roh Kudus dalam hidup?

Sudahkah saya meminta tuntunan dan pertolongan Roh Kudus setiap hari?

Thursday, August 30, 2012

Renungan 30 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Kamis, 30 Agustus 2012
 

1Kor 1:1-9
Mzm 145:2-7
Mat 24:42-51 


HARI TUHAN 

Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. - Mat 24:42                     

Menjadi bahagia adalah impian setiap orang. Tapi, kebahagiaan macam apa yang kita kejar? Ada yang berpendapat, hidup bahagia adalah kalau kita memiliki banyak harta. Sebagian berpendapat, hidup bahagia adalah jika kita punya anak-anak yang sukses. Ada juga yang mengatakan hidup bahagia kalau kita berumur panjang.

Karena keinginan untuk menjadi bahagia inilah orang mulai mencari sumber yang bisa mendatangkan kebahagiaan.
Dengan bekerja keras, dengan membangun banyak bisnis, bahkan tak jarang orang menggunakan segala macam cara untuk mencapai kebahagiaan yang diinginkan dan berharap dapat menikmatinya selamanya.

Beberapa waktu lalu, saya kehilangan seorang sahabat karena dipanggil Tuhan.
Usianya baru 30an. Tak lama berselang seorang teman lain yang baru 40an pun mengalami hal serupa.
Dari kejadian itu saya merenungkan bahwa hidup ini tidak abadi.
Kita tidak akan pernah tahu, kapan Tuhan akan datang menjumpai kita.

Teman, karena itu kita perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Cintailah Tuhan. Untuk mencintai Dia, kita perlu belajar untuk semakin mengenalNya. Dan dalam segala hal yang kita lakukan haruslah mencerminkan cinta kita kepadaNya.

Agar ketika waktunya tiba, kita betul-betul siap menghadapNya. (An) 

Kebahagiaan apa yang saya impikan?

Wednesday, August 29, 2012

Renungan 29 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 29 Agustus 2012 

Wafatnya St. Yohanes Pembaptis

Yer 1:17-19
Mzm 71:1-6,15,17
Mrk 6:17-29


KEBAIKAN-MU

Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang
aku memberitakan perbuatanMu yang ajaib. - Mzm 71:17
                                                                             

Terlahir dalam keluarga Katolik sudah pasti membuat saya mengenal tata cara Katolik dengan baik. Saya dibaptis tidur alias saat masih bayi dan belum mengerti apapun. Seiring berjalannya waktu, saya pun terus diajarkan mengenai keka-tolikan. Bahkan saya selalu mengenyam pendidikan di sekolah hingga perguruan tinggi Katolik. Tapi nyatanya semua itu tetap membuat saya merasa jenuh.
Bagi saya, iman saya hanya sebatas pergi ke gereja setiap Minggu.

Keadaan seperti itu berlangsung terus-menerus dan menjadi hal yang biasa.
Hingga di awal kuliah saya mengikuti sebuah retret yang mengubah cara pandang saya mengenai iman dan juga Tuhan. Saya tersadar bahwa ternyata apa yang saya pikirkan selama ini salah.
Saya menganggap Tuhan hanyalah hal semu yang begitu jauh. Padahal Tuhan begitu dekat, dan tak pernah sekalipun Ia jauh dari hidup kita.

Sepulang retret, saya pun semakin bersyukur karena telah mengenal Tuhan sejak kecil, walaupun sempat membuang waktu bertahun-tahun dengan tidak menceritakan kebaik-anNya.
Saya pun giat menceritakan kebaikan dan kasih Tuhan yang selalu ada dalam kehidupan saya. (Ve) 


Sudahkah saya menceritakan kebaikan Tuhan?

Tuesday, August 28, 2012

Renungan 28 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Selasa, 28 Agustus 2012
 

2Tes 2:1-3a,13b-17
Mzm 96:10-13
Mat 23:23-26 

Your Past Does Not Define Your Future
 
Sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan.. - 2Tes 2:13b

Santo Agustinus dilahirkan di Tagaste, Algeria - Afrika Utara. Ayahnya adalah seorang kafir. Ibunya adalah Santa Monika, se-orang Kristen yang saleh.
Ketika menginjak dewasa ia mulai berontak dan hidup liar.
Sembilan tahun lamanya ia menganut aliran Manikisme, yaitu bidaah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya tetap kosong. Pada usia 31 tahun, ia mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran Santo Ambroisius.

Pada 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup Ambrosius dan memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan. Ia adalah seorang pengkhotbah ulung.  Banyak orang tak percaya kembali ke gereja Katolik sementara orang-orang Katolik semakin diperteguh imannya.  

Santo Agustinus wafat di Hippo dalam usia 76 tahun.  Makamnya terletak di Basilik Santo Petrus.  Santo Agustinus dikenang sebagai Uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan Santo pelindung para seminaris. (Sumber: www.yesaya.indocell.net

Ada sebuah berjudul “Your Past Does Not Define Your Future” karangan Bo Sanchez.  Ketika saya membaca kisah Santo Agustinus, saya teringat kata-kata itu.  Santo Agustinus telah dipakai Tuhan dan menjadi berkat untuk banyak orang sekalipun masa lalunya kelam. 

Teman, mari kita lihat ke masa depan dan jangan hanya terpaku pada masa lalu.
Jadilah berkat untuk banyak orang. (Dn) 


Apakah saya mau melangkah maju dan menjadi berkat untuk banyak orang?

Monday, August 27, 2012

Renungan 27 Aug 2012

Renungan Harian Katolik
Senin, 27 Agustus 2012

2Tes 1:1-5,11b-12,
Mzm 96:1-2a,2b-3,4-5,
Luk 7:11-17

TESTIFY TO LOVE

Mzm 96:3
Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.

Sales adalah ujung tombak suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang, karena mereka yg menjual ke konsumennya. Sebagai konsumen, sulit untuk menerima produk jika barang itu tidak terbukti kualitasnya.

Coba lihat tv, banyak sekali iklan-iklan tv-shopping yang menunjukkan kualitasnya, mereka memberikan bukti: misalnya panci anti lengket, dsb.

Satu lagi yang pernah ramai di televisi, klinik kesehatan tradisional, yang tidak hanya memberikan informasi lokasi tetapi juga KESAKSIAN pasien-pasiennya.

Kita seringkali bingung bagaimana caranya bisa mewartakan Yesus kepada keluarga, teman-teman ataupun lingkungan lainnya.
Yang perlu dilakukan adalah bersaksi.
Bisa memberikan kesaksian lewat hidup kita: yaitu perubahan cara hidup kita dan juga bersaksi secara langsung, yaitu menjadi saksi bagaimana hidup kita diubahkan oleh Tuhan.

Bersaksi adalah hal yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa Yesus ada, dan dia sudah ubah hidupku, sekarang maukah kamu mengenal Dia?

Sudahkah saya bersaksi? (KH)

Sunday, August 26, 2012

Renungan 26 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 26 Agustus 2012
 
Yos 24:1-2a,15-17,18b
Mzm 34:2-3,16-23
Ef 5:21-32
Yoh 6:60-69

SETIA TIDAK BERARTI HARUS
SELALU MENGERTI


Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? - Yoh 6:68

Dalam perjalanan Yesus, kita mengenal dua kategori murid. Kategori pertama, murid yang mengikutiNya sepanjang perjalanan dan dekat denganNya, disebut rasul. Kategori kedua, murid yang sekedar mengikutiNya dengan berbagai motivasi. Saat itu banyak orang menganggap Yesus akan menjadi raja, sehingga dengan mengikutiNya mereka berharap kelak akan ikut menikmati apa yang Ia dapatkan.

Ajaran Yesus sangat sulit dimengerti, bahkan oleh para Rasul yang begitu dekat denganNya. Dibanding orang banyak yang mengikuti Yesus, mereka lebih mengenal Yesus. Namun rupanya itupun belum cukup bagi mereka untuk bisa menerima semua perkataanNya.
Tapi satu hal yang menarik adalah mereka tidak meninggalkan Yesus seperti yang lain. Para rasul tetap setia karena mereka tahu Yesus adalah Yang Kudus dari Allah.

Injil hari ini menampilkan pesan bahwa kesetiaan tidak berarti harus selalu mengerti orang tersebut. Kita tidak selalu harus mengerti pasangan kita, bahkan mungkin ada kalanya berselisih paham, tapi bukan berarti boleh menjadi tidak setia. Sama halnya kepada Tuhan, ada kalanya Tuhan susah dimengerti dengan seluruh rencanaNya, tapi sama seperti Petrus, kita tidak tahu harus ke mana lagi mencari Kebenaran dan Jalan Hidup Sejati. Karena Yesus adalah satu-satunya pedoman kita. Yang harus dilakukan adalah percaya dan setia. (Ch) 


Saat saya merasa tidak mengerti rencana Tuhan, apa yang biasanya saya lakukan?

Apakah saya tetap setia?

Saturday, August 25, 2012

Renungan 25 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Sabtu, 25 Agustus 2012
 

Yeh 43:1-7a
Mzm 85:9-14
Mat 23:1-12 


PEWARTA DAN PELAKU FIRMAN

Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi.. - Mat 23:3


Jika apa yang kita katakan tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan, maka hal itu akan membuat bingung orang yang mendengar kita. Hal itu juga menyebabkan banyak orang yang belum percaya tidak menanggapi pesan Injil secara serius.

Ketika ada teman yang sharing tentang pergumulan yang di-alami, dengan sepenuh hati saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Dan jika kondisi memungkinkan biasanya saya juga memberikan sedikit masukan sesuai yang saya bisa. Namun seringkali setelah melakukan hal itu, saya merenungkan apa yang saya sampaikan kepada teman itu dan merefleksikannya dalam hidup saya sendiri. Apakah saya juga sudah melakukan apa yang saya katakan kepada teman tersebut?

Memang mudah untuk bicara hal-hal positif tentang kehidupan kepada orang lain dibanding kepada diri sendiri.
Kenyataannya, terlalu banyak kompromi yang saya lakukan untuk mencari pembenaran diri. Perkataan dan perbuatan saya seringkali tidak sejalan, dan anehnya saya merasa sudah melakukan yang benar sehingga seringkali saya tidak menyadari kalau diri saya telah menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita menjadi orang yang mengatakan kebenaran sekaligus melakukannya. Orang akan melihat kebenaran dari karakter kita, bukan dari apa yang keluar dari mulut kita dan Yesus sendiri mengecam orang-orang munafik.
Marilah kita belajar untuk menjadi pewarta dan pelaku firman. (In) 


Apakah saya sudah menjadi pelaku firman yang saya bagikan kepada orang lain?

Friday, August 24, 2012

Renungan 24 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Jumat, 24 Agustus 2012
 

Why 21:9b-14
Mzm 145:10-13,17-18
Yoh 1:45-51 


BERIMANLAH! 

Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal lebih besar daripada itu.
- Yoh 1:50

Bagi saya masa kecil adalah masa yang indah, karena semua hal yang saya inginkan pasti dipenuhi oleh orang tua.
Semua terasa begitu sempurna hingga suatu saat ayah me-ngalami sakit parah yang mengharuskannya pensiun dini.
Hal ini tentu saja berpengaruh secara langsung pada kondisi per-ekonomian keluarga.

Saya yang biasanya mendapatkan segala sesuatu yang saya mau dengan mudah, sekarang harus belajar mengerti keadaan orang tua dan kondisi saat itu.
Gaya hidup kami yang biasa bisa dibilang boros, sekarang harus belajar berhemat.
Sulit rasanya menerima keadaan keluarga saat itu, tapi saya beriman bahwa semua yang terjadi terhadap papa adalah bagian dari rencana Tuhan.

Benar, kalau papa tidak sakit…mungkin saya lebih memilih berada di tempat dugem, mungkin saya bertumbuh menjadi anak yang manja, mungkin keluarga kami tidak akan sering berkumpul dan berdoa seperti sekarang.

Berimanlah bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena Tuhan menginginkan yang terbaik untuk anak-anakNya. Dan percayalah, kita akan melihat hal-hal yang indah di balik setiap pergumulan yang kita hadapi. (Ly) 


Apakah iman saya mampu menguatkan saya saat menghadapi masalah?
Warm regards,

Thursday, August 23, 2012

Renunan 23 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Kamis, 23 Agustus 2012 

Yeh 36:23-28
Mzm 51:12-15,18-19
Mat 22:1-14 


BAJU DAN HATI 

Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari
dengan tidak mengenakan pakaian pesta? - Mat 22:12a
 
Setiap kita datang ke pesta, kita pasti akan berpakaian layak dan sesuai untuk pesta. Ketika kita datang ke upacara atau perjamuan resmi negara, kita tentu juga akan berusaha berpakaian sesuai dan layak untuk acara tersebut.

Di Singapura, ada sebuah paroki yang dalam setiap misanya memiliki penyambut tamu yang juga akan memperhatikan pakaian dari umat yang datang. Bila mereka berpakaian tidak sopan atau tidak sesuai, maka mereka akan diingatkan untuk berganti pakaian terlebih dulu.

Saya percaya bahwa sesuatu yang kita persiapkan secara jasmani selain mencerminkan kerohanian kita, juga akan memberikan pengaruh positif pada persiapan rohani kita. Saya akui bahwa persiapan hati lebih penting daripada per-siapan pakaian, namun hati yang benar-benar siap akan membawa kita juga untuk menyiapkan pakaian kita.

Jika kita datang dengan hati yang sepenuhnya diprioritaskan untuk Tuhan, maka pakaian kita akan mencerminkannya. Ketika saya memutuskan untuk bermain bola, maka saya memilih pakaian yang membantu saya bermain dan menikmati permainan itu.

Demikian juga dengan misa.
Semoga pilihan pakaian kita membantu kita menikmati persekutuan kita de-ngan Tuhan dan sesama. (Pt) 

Persiapan apa saja yang saya buat sebelum menghadiri misa?

Renungan 22 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 22 Agustus 2012
 

Yeh 34:1-11
Mzm 23:1-6
Mat 20:1-16a 

KRISIS FIGUR PEMIMPIN

Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu. - Yeh 34:11

Berita-berita di TV selalu terdengar memprihatinkan daripada menggembirakan. Kasus korsupsi terjadi di segala lapisan, kebanyakan wakil rakyat sibuk memanfaatkan kesempatan untuk memperkaya diri, menguntungkan kelompok dengan cara suap.
Padahal dulu bermacam janji diumbar pada rakyat, tapi setelah duduk di kursi pemerintahan, rakyat kecil dilupakan.
Ketika rakyat membutuhkan perlindungan dan pembelaan, tidak ada figur pemimpin bijak yang hadir. Di saat rakyat menderita karena bencana, lebih cepat relawan swasta yang terjun langsung. Tidak heran jika banyak orang merasa negara kita krisis figur pemimpin yang mengayomi rakyat.

Firman Tuhan hari ini akan terasa keras bagi orang-orang yang mengaku dirinya adalah pemimpin. Lihatlah bagaimana Tuhan menghampiri umatNya yang terlantar dan mengatakan, “Aku sendiri akan menjadi gembala kalian.”
Menjadi pemimpin dalam kamus Tuhan adalah menjadi seperti gembala, bukan penguasa. Gembala adalah seorang yang mengenal dombanya dari dekat dan selalu ada untuk melindungi serta memberikan yang terbaik bagi dombanya.

Bunda Maria bisa menjadi model untuk kerendahan hati, sekalipun ia dipilih menjadi Bunda Tuhan tapi ia tidak pernah meninggikan dirinya. Sebaliknya, ia memilih untuk mengikuti kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya.
Marilah kita belajar untuk menjadi seorang pemimpin yang rendah hati, yang memperhatikan domba yang Tuhan percayakan pada kita. (Lid) 

Apakah saya sudah memperhatikan orang-orang yang saya layani?  

Tuesday, August 21, 2012

Renungan 21 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Selasa, 21 Agustus 2012
 

Yeh 28:1-10
MT UL 32:26-28,30,35-36
Mat 19:23-30 

BE SIMPLE 

…kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau, jadi apakah yang akan kami peroleh?
- Mat 19:27
 
Satu hal yang dituliskan Santo Pius dalam surat wasiatnya sebelum meninggal adalah “saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin, dan saya ingin mati secara miskin pula.”

Keteladanan Santo Pius mengingatkan saya akan sosok seorang pastor yang saya kenal sederhana. Sejak dulu pastor ini tidak mau merepotkan umat.
Kalau ia melakukan pela-yanan, tidak pernah mau dijemput. Ia memilih pergi dengan mengendarai motor atau mobil tuanya. Terkadang, umat yang merasa iba dengan sikapnya.

Namun di jaman modern ini, masih banyak yang mengaku hamba Tuhan tapi menuntut diperlakukan istimewa dalam pelayanan. Tak jarang, orang-orang seperti ini dinilai tidak murni pelayanannya.

Mari kita belajar dari Santo Pius yang hidup sederhana.  Lewat kesederhanaannya, orang dapat merasakan mukjizat Tuhan yang luar biasa.  Mari kita belajar untuk melayani de-ngan hati yang tulus, dengan motivasi yang benar, agar nama Tuhan yang dipermuliakan, agar semakin banyak orang boleh merasakan cinta Tuhan.  (Art)   

Apakah saya menuntut diperlakukan istimewa saat melayani?

Monday, August 20, 2012

Renungan 20 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Senin, 20 Agustus 2012
 

Yeh 24:15-24
MT Ul 32:18-21
Mat 19:16-22 


KEPENUHAN HIDUP 

Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala …
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. - Mat 9:21

Seorang anak bermimpi menjadi pemain bola profesional. Ia bertemu dengan seorang pelatih paling terkenal dan bertanya, “Pak pelatih, bagaimana caranya agar saya menjadi pemain yang paling hebat?” Meski terkejut dengan pertanyaan anak itu, ia pun menjawab, “Cintailah bola ini dan lupakanlah yang lain.”

Sebuah pesan sederhana tapi sangat tepat. Tanpa mencintai apa yang kita kerjakan maka kita tidak akan pernah bisa berkembang. Dalam kehidupan rohani, kita diajarkan untuk berdoa dan membaca firman setiap hari, menyambut Ekaristi, pengakuan dosa, persekutuan, berpuasa, dan lain sebagainya, dengan harapan kita bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.

Hampir sama dengan yang dikatakan Tuhan kepada pemuda dalam bacaan hari ini yang jika diartikan secara bebas adalah “cintailah Aku dan lupakan yang lain.” Pada jaman Yesus, menjadi murid berarti meninggalkan segala sesuatu termasuk orang tua dan harta benda untuk mengikuti sang guru dari waktu ke waktu. Menjual harta benda dimaksudkan seorang murid harus percaya kalau gurunya yang akan mencukupkan kebutuhannya. Mencintai guru sepenuhnya berarti melupakan dirinya sendiri.

Jika kita ingin sungguh-sungguh mengikuti Tuhan, maka kita perlu belajar untuk meninggalkan kenyamanan kita dan mempercayai Tuhan secara penuh.
(An) 


Apakah saya rela meninggalkan kenyamanan saya untuk mengikuti Tuhan?

Sunday, August 19, 2012

Renungan 19 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 19 Agustus 2012

Ams 9:1-6
Mzm 34:2-3,10-15
Ef 5:15-20
Yoh 6:51-58


BERSYUKUR SELALU

Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.
- Ef 5:20

Beberapa waktu lalu saya mengikuti training yang diadakan oleh kantor.
Salah satu materi yang dibahas adalah mengenai berdoa, berusaha, dan bersyukur. Pada sesi itu peserta diberi motivasi untuk terus berusaha, baik dalam pekerjaan maupun dalam menjalani hidup. Pengajar sesi mengatakan bahwa dalam mengerjakan segala sesuatu kita harus selalu berjuang dengan sepenuh hati. Setelah kita melakukan apa yang bisa kita lakukan, hal selanjutnya adalah bersyukur.

Di akhir sesi, seluruh peserta diberikan selembar kertas kosong. Dalam waktu lima menit, kami diminta untuk menuliskan sebanyak-banyaknya hal yang membuat saya bersyukur.
Ketika waktunya habis dan kertas kami dikumpulkan, ada seorang yang menuliskan lebih dari 50 hal yang ia syukuri. Saat diminta untuk membacakan, ia pun menyebutkan banyak hal mulai dari bagian tubuh hingga hal besar seperti rumah, mobil, keluarga, dan teman.

Teman, mampukah kita selalu menyadari dan mensyukuri berkat Tuhan?
Seringkali kita hanya mengucap syukur saat hal besar dan menyenangkan terjadi dalam hidup kita, namun hari ini kita diingatkan sekali lagi untuk senantiasa bersyukur untuk setiap detil kehidupan kita. Karena hidup kita adalah rancangan dan anugerah terindah dari Tuhan bagi kita. (Ve) 


Seberapa sering saya mengucap syukur?

Saturday, August 18, 2012

Renungan 18 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Sabtu, 18 Agustus 2012
 

Yeh 18:1-10,13b,30-32
Mzm 51:12-15,18-19
Mat 19:13-15
 

GEREJA BUKAN UNTUK ANAK-ANAK? 

Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. - Mat 19:14


Saya termasuk orang yang berprinsip bahwa Gereja adalah tempat yang serius dan kudus. Anak-anak tidak boleh menjadi ‘pengacau’ di sana. Pernah saya mendengar seorang pastor menegur orangtua yang anaknya menangis di dalam Gereja dan hal ini semakin memperkokoh prinsip saya. Tanpa sadar, bila saya mendengar anak-anak berceloteh di Gereja saya mulai menghakimi orangtuanya. 

Ternyata prinsip saya tidak bertahan lama. Satu-satunya yang berani melunturkan prinsip saya adalah Jessica.
Ia selalu mendesak untuk membawa anak-anak ke Gereja walau kalau dilihat dari semua sisi, hal itu merepotkan dan membuat saya tidak bisa berdoa.
Namun lama-kelamaan, saya mulai bisa melihat kerinduan Jessica membawa si kecil Deo dan Abbie ke Gereja bersama.
Bahkan saya bisa membayangkan mimik dan gerakan tubuh Tuhan berlari keluar Gereja menyambut mereka.

Yang terpenting, sekarang saya bisa menikmati kebersamaan dengan mereka di dalam Gereja. Saya tetap bisa berdoa sekalipun mereka naik di atas pangkuan saya minta digendong. Saya tetap bisa bernyanyi sekalipun mereka tidak mau kalah dan ikut bernyanyi dengan nada yang ‘meleset’. Saya tetap bisa mendengar kotbah sekalipun mereka tidak bisa duduk diam.

Dan satu hal lagi, saya sangat salut dengan Jessica. Sebenarnya ia yang paling repot namun piawai ‘mengendalikan’ si kecil. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya ia yang paling tidak bisa berdoa. Namun terlihat jelas di wajahnya bahwa ia bahagia. Dia tahu bahwa ia sudah mengambil peran yang tepat baginya. (Al) 

Sudahkah saya mengambil peran untuk membawa anak-anak kepada Tuhan?

Friday, August 17, 2012

Renungan 17 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Jumat, 17 Agustus 2012

Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia


Sir 10:1-8
Mzm 101:1-3,6-7
1Ptr 2:13-17
Mat 22:15-21


MERESPON DENGAN BAIK


Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik
kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.  -  1 Ptr 2:15 
 

Ketika mengikuti retret persiapan pernikahan, dalam salah satu sesi dibahas tentang komunikasi dan menangani konflik. Para pembicara yang terdiri dari beberapa pasutri pun membagikan pengalaman mereka saat berargumen atau bertengkar, dimana perbedaan kepribadian yang seringkali menjadi penghalang di antara mereka.

Dari semua sharing mereka, satu hal yang saya simpulkan: Meskipun saat konflik suasana sangat tidak enak, kita tetap dapat merespon dengan cara yang baik dengan niat yang baik. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena dalam kondisi seperti itu biasanya kita menjadi kurang rasional karena pengaruh emosi dan kita mudah terpancing menjadi marah juga karenanya.

Saya kira hal ini tidak hanya berlaku untuk hubungan suami-isteri, tapi dalam hubungan dengan sesama, keluarga, dan masyarakat. Di hari Kemerdekaan RI ini, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat kondisi negara kita dengan cara yang baik. Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu negara kita?
Kekerasan dan kata-kata kasar tentu bukanlah cara yang baik.

Mari kita memilih untuk merespon dengan cara yang baik demi hasil yang baik juga, dengan demikian kita turut membantu negara dan bangsa kita.
(Alw) 


Apakah saya sudah memilih merespon dengan cara yang baik ketika terjadi konflik?

Thursday, August 16, 2012

Renungan 16 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Kamis, 16 Agustus 2012
 

Yeh 12:1-12
Mzm 78:56-59,61-62 
Mat 18:21 – 19:1 


AGAIN…??? 

Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? - Mat 18:21

Sama halnya dengan koin yang mempunyai dua sisi, demikian halnya dengan kasih dan pengampunan.
Jika kita berbicara soal mengasihi, maka kita tidak bisa dari hal mengampuni.
Rumusan saya sendiri, mengasihi berarti bersedia untuk mengampuni.
Jika kita sudah tidak bisa lagi mengampuni, itu sama dengan kita tidak bisa lagi mempunyai kasih. Jadi intinya, kasih dan pengampunan akan selalu berjalan beriringan dan tidak bisa dipisahkan.

Pengalaman disakiti, dilukai, dikhianati pasti akan menjadi tantangan bagi kita untuk melakukan firman Tuhan yang satu ini. Terlebih lagi jika hal itu dilakukan oleh orang-orang terdekat, orang-orang yang kita hormati, orang-orang yang kita anggap bagian dari hidup kita. Bisa jadi kita membutuhkan proses dan waktu yang panjang untuk bisa memulihkan diri kita.

Ketika suatu kali saya harus mengampuni orang yang sangat melukai saya, suami saya mengingatkan bahwa mengampuni adalah keputusan yang kita buat, bukan didasari oleh perasaan. Sekalipun secara perasaan kita merasa belum mau atau tidak bisa mengampuni saat itu, tapi itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa memutuskan untuk mengampuni.
Karena sekali lagi, pengampunan adalah keputusan.

Hal itu sama seperti apa yang kita inginkan dan apa yang harus kita lakukan bertentangan, tapi kita tahu bahwa kita harus memilih yang seharusnya kita lakukan. Sekalipun itu bukan apa yang kita mau, tapi kita tahu itulah yang Tuhan mau. (Jc) 


Apa yang membuat saya mau mengampuni orang yang melukai saya?

Wednesday, August 15, 2012

Renungan 15 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 15 Agustus 2012


Yeh 9:1-7; 10:18-22
Mzm 113:1-6
Mat 18:15-20


TEGURAN

Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. - Mat 18:15


Prinsip hidup saya adalah jangan mengganggu jika tidak mau mengganggu. Jangan mencubit, jika tidak mau dicubit. Jika ingin hidup aman dan tentram, jangan mulai mencari masalah.
Selama hal ini dipenuhi, saya yakin hubungan saya dengan orang lain akan baik-baik saja. Karena prinsip itu pula, saya sangat ‘anti’ menegur orang lain, sekalipun saya tahu orang itu berbuat salah. Saya lebih memilih sikap ‘tutup mata’.

Firman hari ini menegur dan membuka mata saya. Jika saya mendapati saudara atau teman berbuat salah, maka sudah seharusnya saya menasehatinya agar ia tidak semakin jatuh di dalam dosa dan meninggalkan Tuhan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi saya karena tidak mudah untuk menegur orang lain.
Bisa-bisa saya dicap ‘sok’ dan merasa diri saya lebih baik daripada orang tersebut.

Tapi saya tahu sekalipun usaha saya tidak berhasil, tapi yang penting adalah saya berusaha semaksimal mungkin.  Keputusan untuk bertobat atau tidak tetap di tangan orang tersebut, dan bukan bagian saya yang menentukan.  Yang harus saya lakukan adalah bagian saya sendiri.  (Dn) 

Apakah teguran saya membawa orang lain ke dalam pertobatan?

Renungan 14 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Selasa, 14 Agustus 2012

Yeh 2:8 – 3:4
Mzm 119:14,24,72,103,111,131
Mat 18:1-5,10,12-14


ANAK KECIL

…barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
- Mat 18:3-4

Pernahkah ayat ini membuat kita lebih memperhatikan seperti apa tingkah laku anak kecil? Sebenarnya, apa yang membuat seorang anak kecil begitu istimewa di hadapan Tuhan sehingga dikatakan jika kita tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kita tidak akan dapat masuk Kerajaan Allah dan menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga? Sikap anak kecil seperti apa yang diharapkan?

Menjadi seperti anak kecil jelas bukan soal sikap kekanak-kanakan.
Pernahkah Anda memperhatikan anak kecil yang minta sesuatu pada orang tuanya? Atau anak kecil yang tidak mau lepas dari gendongan ayahnya karena merasa takut? Atau anak kecil yang ketika diberi makan oleh ibunya terlebih dulu memeriksa apakah makanannya beracun atau tidak? Jika kita perhatikan dengan seksama, kita akan melihat kepolosan, kesederhanaan, kepercayaan, ketulusan dan kepasrahan yang masih murni dan belum terkontaminasi. Anak kecil itu ibarat kertas putih kosong dan siap ditulis, dimana dia begitu dipenuhi keingintahuan dan siap belajar.

Kualitas seperti anak kecil itulah yang diharapkan dikembangkan dalam diri kita. Kerendahan hati seorang anak yang me-nganggap dirinya kecil dan tidak mampu, percaya dan berserah sepenuhnya pada penyelenggaraan Bapa, tidak memakai kedok dan berpura-pura, tidak memanipulasi tapi tulus dan polos.

Mari kita memohon rahmat Tuhan turun atas kita hari ini agar luka kita disembuhkan dan hidup kita dipulihkan layaknya se-orang anak yang berkenan kepadaNya. (Jae)


Apakah saya bersikap seperti anak kecil dalam relasi saya dengan Tuhan?

Renungan 13 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Senin, 13 Agustus 2012


Yeh 1:2-5,24 – 2:1a
Mzm 148:1-2,11-14
Mat 17:22-27


PEMBERIANKU

…Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka,  bagi-Ku dan bagimu juga.
- Mat 17:27b

Betapa sering kita mendengar kalimat yang mengatakan bahwa sebagai orang Kristen, kita punya banyak keistimewaan.
Banyak yang mengartikannya sebagai kemudahan bagi kita. Akhirnya kata kemudahan ini membawa kita kepada suatu sikap ingin dilayani, sikap menjadi pasif, menganggap sudah sewajarnya kita dilayani, terutama dalam urusan gereja.

Sudah selayaknya pelayan gereja melayani umat tanpa kita sendiri perlu memberikan kontribusi. Sikap ini banyak kita temukan dalam masyarakat sehingga ada ungkapan, “Jangan bertanya apa yang dapat diperbuat oleh negara untukmu, tetapi bertanyalah apa yang dapat kau perbuat untuk negara.”

Yesus memberikan teladan bahwa sebagai Putera Allah, Dia mau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak wajib Ia lakukan. Ia tidak wajib datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, tetapi Ia mau datang juga. Ia tidak wajib membayar pajak, tetapi Ia melakukannya juga.

Kita memiliki kebebasan untuk memilih, marilah kita memilih untuk melayani dan memberi kepada Tuhan secara bebas dan tidak terbatas oleh kewajiban belaka.
Lalu, di mana letak keistimewaan kita?
Yaitu, Tuhan menolong kita dan pasti menyediakan sumber daya bagi kita untuk melakukan pekerjaanNya. (Pt)

Sumber daya apa yang telah Tuhan berikan kepada saya untuk melayani gerejaNya?

Renungan 12 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 12 Agustus 2012


Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga

Why 11:19a; 12:1,3-6a,10ab
Mzm 45:10-12
1Kor 15:20-26
Luk 1:39-56


WANITA YANG MENGUBAH DUNIA

...Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia. - Luk 1:46-48


Bunda Maria menjadi salah seorang tokoh yang spesial dalam Kitab Suci bukan hanya karena dia adalah ibu Yesus, tetapi juga karena dia adalah seorang pribadi yang luar biasa mencintai Tuhan dengan tulus. Maria rela mengandung Yesus sebelum dia resmi menikah, yang artinya dia pasti akan dicemooh oleh lingkungan sosial di sekitarnya karena dianggap hamil di luar nikah. Dia pun dengan setia membimbing dan merawat Yesus hingga dewasa, bahkan dia setia mendampingi Yesus hingga detik-detik terakhir hidupnya di dunia.

Maria merupakan seorang patriot wanita yang luar biasa. Dia juga turut serta dalam membimbing para rasul setelah Yesus wafat sehingga para rasul terus memiliki iman yang kuat untuk mewartakan ajaran Yesus.
Jika dunia mencari seorang tokoh feminis yang layak dijadikan icon, jelas Bunda Maria adalah salah satu di antaranya.

Gereja Katolik menghormati Bunda Maria secara khusus karena dia memang seorang yang layak dijadikan contoh.  Bagaimana dia mencintai Tuhan dengan sepenuh hati juga kerendahan hatinya telah mengubah wajah dunia 180derajat selamanya.  Bayangkan apa yang terjadi bila Bunda Maria menolak untuk mengandung Yesus?  Tidak akan ada kisah luar biasa tentang penyelamatan umat manusia yang sekarang kita pelajari dari Kitab Suci bukan?

Terima kasih Bunda Maria, karena kerendahan hatimu telah membawa Sang Penyelamat kepada kami. (Hd)


Sifat apa yang dapat saya contoh dari teladan Bunda Maria?

Saturday, August 11, 2012

Renungan 11 Aug 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Sabtu, 11 Agustus 2012
 

Hab 1:12 - 2:4
Mzm 9:8-13
Mat 17:14-20 


TEGUH BERIMAN

…dan takkan ada yang mustahil bagimu.
- Mat 17:20b
 

Santa Klara adalah puteri bangsawan yang lahir di Asisi, karena itu hidupnya sangat berkecukupan dalam hal materi.
Namun kepribadian dan cara hidupnya dipengaruhi oleh Santo Fransiskus dari Asisi. Ketika berusia 18 tahun, diam-diam ia meninggalkan istana ayahnya untuk bergabung dengan kelompok Fransiskus di sebuah biara suster-suster Benediktin di Bastia, agar jauh dari pengaruh keluarganya. Ketika ayahnya mengutus orang untuk mencarinya, dengan tegas Klara menolak untuk pulang ke rumahnya. (Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun.) 

Kisah Santa Klara mirip dengan kisah seorang teman saya. Dulu ia bekerja di Jakarta dengan penghasilan yang lumayan. Tapi akhirnya ia pulang dan menyatakan keinginannya untuk masuk biara. Awalnya keluarga tidak setuju.
Teman ini pun meminta dukungan doa pada kami untuk niatnya itu. Seiring berjalannya waktu, orang tuanya menyetujui niatnya. Dan sekarang, orang tuanya bangga dengan anaknya yang sudah menjadi seorang suster.

Keteguhan dalam iman dan kepercayaannya kepada Tuhan membuat Santa Klara dinyatakan sebagai orang kudus.  Mari kita belajar dari hidup Santa Klara, untuk percaya kepada Tuhan.  Dengan iman yang kuat, di mata Tuhan tidak ada yang mustahil.  (Art)  

Apakah saya mempunyai iman yang kuat kepada Tuhan?