Sunday, September 30, 2012

Renungan 30 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 30 September 2012
 

Bil 11:25-29
Mzm 19:8,10,12-14
Yak 5:1-6
Mrk 9:38-43,45,47-48
 

TOTALITAS 

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah. Karena lebih baik engkau masuk kedalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka..
- Mrk 9:43
 

Hari ini Yesus mengajarkan tentang nilai totalitas dalam mengikuti Dia. Totalitas yang dimaksud adalah seutuhnya dan tidak setengah-setengah.
Ia menghendaki seluruh hidup, pikiran, dan tubuh kita.

Beberapa pertanyaan pernah diajukan kepada saya. “Bila di kantor, saya terpaksa memalsukan data untuk keperluan pajak.
Apa yang harus saya lakukan?”
“Apa yang perlu saya lakukan bila kondisi kantor saya menuntut saya untuk berbuat curang?” Jawaban saya hanya satu, “Keluar dari kantor itu dan cari kantor lain yang mendorong kita berbuat benar.”

Demikian juga bila teman dekat atau pacar kita selalu mendorong kita untuk melakukan yang salah, lebih baik tinggalkan mereka.

Inilah yang Tuhan maksud, bila tangan dan kakimu menyesatkan, penggallah.
Dan bila matamu menyesatkan, cungkillah. Ia menghendaki agar kita mau membayar harga dalam mengikuti Yesus.
Hal ini sangat tidak mudah. Namun inilah yang Yesus tuntut dari kita yang mengaku sebagai muridNya.
Seringkali kesenangan hidup bertolak belakang dengan kekudusan Tuhan.
Dan di sinilah kita perlu memilih untuk total mengikuti Tuhan. (Al) 


Apakah saya sudah total mengikuti Yesus dalam kehidupan saya sehari-hari?

Saturday, September 29, 2012

Renungan 29 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Sabtu, 29 September 2012
 

Dan 7:9-10,13-14 atau Why 12:7-12a
Mzm 138:1-5
Yoh 1:47-51
 

MENGENAL KITA

Bagaimana Engkau mengenal aku?
- Yoh 1:48
 

Ada banyak waktu dalam hidup dimana kita merasa tidak ada seorangpun yang dapat memahami perasaan diri kita.
Terutama di saat kita mengalami kesedihan atau kekecewaan.
Orang tua, teman baik, bahkan pasangan terkesan tidak bisa mengerti.
Ditambah lagi dengan faktor pada saat kita sedih, seringkali kita tidak mampu mengungkapkan secara penuh perasaan kita.

Pada akhirnya kondisi ini sering membuat kita merasa kesepian. Hal ini bukan karena kita tidak memiliki teman ataupun tidak ada yang memahami hati kita, tapi justru karena kita yang menutup hati kita sendiri. Karena kita merasa tidak dimengerti, maka kita menutup hati kita untuk dikenal dan dimengerti.

Memang, orang lain mungkin tidak bisa mengenal kita secara sempurna.
Namun itu bukan akhir dari segalanya karena kita memiliki Tuhan yang sanggup mengenal hati kita yang terdalam.
Sekalipun kita tidak pernah mengutarakannya, tetapi Tuhan tahu isi hati kita. Dalam Mazmur 139 dikatakan bahwa Allah selalu ada di mana pun kita berada. Dia yang menciptakan kita, tinggal di dalam diri kita.

Pertanyaannya, apakah ktia menyadari bahwa Tuhan sungguh mengenal kita?   Sebaliknya, sudahkah kita mengenal Dia dengan benar?  


Apakah saya merasa dicintai dan dikenal baik oleh Tuhan?

Friday, September 28, 2012

Renungan 28 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Jumat, 28 September 2012

Pkh 3:1-11
Mzm 144:1-4
Luk 9:19-22
 

YESUS TUHANKU

Menurut kamu, siapakah Aku ini?
- Luk 9:20


Bosan mendengar ayat di atas?
Setiap tahun harus menjawab pertanyaan yang sama? Mari kita lihat, Yesus mengajukan pertanyaan itu kepada para rasul yang sudah mengikuti Dia sekian lamanya.

Pengetahuan kita tentang Yesus tidak akan pernah sempurna, karena itu setiap tahun kita perlu berefleksi: siapa Yesus bagi saya? Jika hal itu sulit dilakukan, saya ingin mengajak kita melakukannya dengan merenungkan siapa diri kita bagi Yesus. Semoga dengan menjawab pertanyaan ini kita akan mendapat gambaran yang lebih jelas siapa Yesus bagi kita.

Suatu hari saya merenungkan bahwa saya milik Yesus, maka Yesus adalah Tuhan (Tuan) yang memiliki saya.
Mother Theresa pernah berkata, “Saya ini milik Tuhan.”  (Saya yakin kita semua akan bersemangat mengatakan hal yang sama.) Tetapi ucapan Mother Theresa yang lengkap adalah seperti ini,” Saya milik Tuhan, dan Tuhan memiliki hak untuk menggunakan saya tanpa meminta persetujuan saya.” (Ayo, mari kita bersemangat mengucapkan hal yang sama). Kita hanya butuh waktu tiga detik untuk mengucapkan Yesus adalah Tuhanku, tetapi kita akan membutuhkan seumur hidup kita untuk menjadikan Dia sebagai Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Kita butuh seumur hidup untuk menjadikan diri kita sebagai muridNya, untuk terus belajar dari Dia.
(Pt) 

Hal-hal apakah yang masih menghalangi saya untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan saya?

Thursday, September 27, 2012

Renungan 27 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Kamis, 27 September 2012
 

Pkh 1:2-11
Mzm 90:3-6,12-14,17
Luk 9:7-9 
 

SERAKAH 

Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia;
mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. - Pkh 1:8
 

Alkisah, di sebuah negeri yang jauh, hiduplah seorang petani yang miskin.
Suatu hari dalam perjalanannya ke ladang, dia menemukan sebuah baki ajaib. Bila baki itu diisi dengan air, air itu akan berubah menjadi emas.
Dengan kegirangan, petani itu pulang dan mengisi baki itu penuh dengan air yang segera berubah menjadi emas.
Dia terus-menerus melakukan itu seharian hingga rumahnya penuh dengan emas. Walaupun sudah banyak emas yang dia miliki, dia tetap tidak puas dan kembali mengisi baki itu dengan air.
“Sedikit lagi saja,” pikirnya. Namun “sedikit” itu tidak pernah berakhir hingga akhirnya rumahnya tertimbun oleh emas dan dia pun mati terhimpit.

Memang manusia tidak pernah puas.
Kadang kita tidak tahu kapan kita harus mengatakan “Cukup!” pada diri sendiri.
Yang perlu disadari, keserakahan tidak selalu datang dalam bentuk godaan harta saja. Bisa juga dalam bentuk kekuasaan, ketenaran, kecantik-an, dan lain sebagainya. Banyak orang yang mengejar posisi hingga menelantarkan keluarga dan kesehatannya sendiri.
Banyak orang yang rela melakukan apa saja untuk bisa terkenal, sekalipun itu mengorbankan harga diri dan jati dirinya.
Tidak sedikit orang yang ketagihan operasi plastik untuk mengejar kecantikan yang digembar-gemborkan media hingga akhirnya malah merusak tubuhnya sendiri.

Teman, keserakahan tidak pernah membuahkan hasil yang indah.
Satu-satunya cara untuk mengalahkan keserakahan hati yang bersyukur.
Karenanya, syukurilah apa yang telah kita miliki. Kejarlah cita-cita dengan segenap hati, tapi jangan pernah korbankan sesuatu yang sangat berharga demi menggapai cita-cita itu. Ingatkan diri kita untuk berkata: “Cukup!” (Hd) 


Mampukah saya berkata “Cukup!” dalam mengejar mimpi dan ambisi saya?

Wednesday, September 26, 2012

Renungan 26 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 26 September 2012
 

Ams 30:5-9
Mzm 119:29,72,89,101,104,163 
Luk 9:1-6 


KITA DIPANGGIL
 

Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga
dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit.
- Luk 9:1
 

Setelah pengalaman luar biasa dalam Seminar Hidup Dalam Roh, saya diajak untuk menjadi tim pelayanan di persekutuan doa. Selama mengikuti pembinaan untuk menjadi tim, banyak pergumulan yang saya alami.
Ada masa pasang surut dalam kehidupan doa. Bahkan saya sempat ragu untuk melayani Tuhan karena merasa tidak layak karena begitu banyaknya dosa, luka batin, dan kekuatiran dalam diri saya.

Saat menceritakan pergumulan ini kepada ketua sel saya, ia memberikan masukan yang berharga: ”Adalah suatu anugerah jika kita diberikan kesempatan untuk melayani Tuhan, Raja segala raja.
Tuhan tahu bagaimana keadaan kita dan Ia tahu sampai mana kemampuan kita.
Jika kita menunggu sampai tidak pernah berbuat dosa, mungkin kita tidak akan pernah melayani Tuhan. Justru melalui pelayanan ini, kita harus berusaha untuk menjadi lebih baik dengan tidak berbuat dosa lagi. Dan jangan lupa, Tuhan sudah memberikan Roh Kudusnya yang akan memampukan kita melewati banyak hal di dalam hidup dan pelayanan ini.”
Perkataannya ini menguatkan saya dan meneguhkan saya untuk dapat melayani Tuhan.

Bacaan hari ini mengingatkan saya bahwa Tuhan memanggil muridNya dan memberikan mereka kuasa untuk melakukan tugasnya. Ia sudah terlebih dulu melengkapi mereka.
Sama dengan diri saya, sebelum saya dipanggil untuk melayani, Tuhan sudah melengkapi saya dengan Roh KudusNya yang akan memampukan saya dalam melayani Dia. (Dn) 


Apa yang menghalangi saya untuk menjawab panggilan Tuhan?

Tuesday, September 25, 2012

Renungan 25 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Selasa, 25 September 2012
 

Ams 21:1-6,10-13
Mzm 119:1,27,30,34-35,44
Luk 8:19-21 


WAKTU MENDENGARKAN FIRMAN

IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. - Luk 8:21


Hidup dalam hiruk-pikuk kota metropolitan seringkali membuat kebanyakan kita seolah terbelenggu oleh aktivitas bisnis dan pekerjaan sehingga kita tidak lagi punya waktu untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar, yaitu menjalin relasi dengan Tuhan.

Sering saya mendengar keluhan tidak punya waktu untuk berdoa, tidak bisa membaca firman, tidak mungkin ikut kegiatan rohani karena alasan pekerjaan.
Tapi jika itu berhubungan dengan pekerjaan, bisnis atau kesenangan pribadi, kita pasti berusaha sekuat tenaga mengadakan waktu untuk itu.

Saya punya seorang teman yang selalu membawa Alkitab dan buku doa di mobilnya. Hal ini dilakukan karena ia tak bisa meluangkan waktu di rumah untuk berdoa dan membaca firman, sehingga setelah mengantar anaknya sekolah ia akan parkir sebentar untuk bersaat teduh.

Apa yang dilakukan teman saya mungkin bukan contoh yang ideal tentang berdoa dan membaca firman. Tapi paling tidak, ia berusaha untuk memberikan waktunya kepada Tuhan sekalipun hal itu dilakukannya di dalam mobil yang di parkir di halaman sekolah.

Teman, sadarilah bahwa semakin kita mendekatkan diri kepada Tuhan, kita akan semakin mampu menghadapi tan-tangan hidup dan menjalaninya dengan penuh sukacita. (Au) 


Apakah saya sudah menerapkan firman Tuhan dalam hidup saya?

Monday, September 24, 2012

Renungan 24 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih" 
Senin, 24 September 2012
 
Ams 3:27-34
Mzm 15:2-5
Luk 8:16-18
 

CAHAYA PELITA 

..tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.
- Luk 8:16
 

Kalau diperhatikan, dalam setiap organisasi biasanya orang takut dan tidak suka dipilih sebagai ketua. Salah satu alasan yang paling sering diberikan sebagai penolakan adalah kesu-litan menjadi pemimpin yang selalu dijadikan tokoh panutan. Bahkan seringkali terkesan pemimpin itu tidak boleh salah.
Karena begitu satu kesalahan dibuat, maka orang itu akan dihujani sorotan tajam, kritikan dan penilaian.
Akibatnya kebanyakan orang lebih senang mencari aman dengan menyatakan dirinya tidak mampu menjadi pemimpin.

Sebenarnya kalau kita bicara soal panutan, tanpa menjadi pemimpin pun setiap kita dituntut untuk menjadi teladan bagi orang lain. Kita diminta untuk menjadi terang, menjadi saksi, menjadi garam. Saya percaya, ketika Tuhan memilih dan mengutus kita, maka terlebih dulu Ia akan memperlengkapi kita. Jadi setiap kita mampu untuk menjadi ‘pemimpin’ dimanapun Tuhan menempatkan kita. Baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.
Kita dapat menjadi pelita bagi orang-orang di sekeliling kita lewat pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sehari-hari. (Lid) 


Apakah saya mampu menjadi pelita bagi orang lain di sekitar kita?

Renungan 23 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 23 September 2012
 

Keb 2:12,17-20
Mzm 54:3-6,8
Yak 3:16-4:3
Mrk 9:30-37

PEMIMPIN YANG MELAYANI

Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya. - Mrk 9:35
 

Arti sukses sangat relatif.
Tapi menurut saya, orang baru bisa dianggap sukses jika ia juga bisa membawa orang lain menjadi sukses.
Dengan kata lain, kesuksesan tidak berhenti pada diri kita sendiri, tetapi juga mempengaruhi kesuksesan orang lain.

Yesus sendiri mengajarkan sebagai seorang pemimpin berarti tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi justru bersedia melayani orang lain.
Ia sendiri sukses menjadi pemimpin yang melayani pengikutNya dengan memberi teladan mengambil sikap sebagai seorang pelayan. Yang paling mudah kita ingat adalah ketika Ia membasuh kaki para murid. Kerendahan hati Yesus justru menunjukkan betapa Maha Besarnya Dia, sebagai seorang Raja di atas segala raja, namun Dia mau merendahkan diriNya sedemikian rupa.

Yesus sudah memberi teladan sebagai seorang pemimpin yang melayani.  Sebagai pengikutNya, tentu saja kita harus bisa menduplikasi apa yang sudah Ia teladankan.  Marilah kita memohon rahmat dan hikmatNya agar terus dimampukan untuk menjadi seorang pemimpin yang rendah hati.  (Int)  


Apa yang sudah saya lakukan sebagai bentuk pelayanan saya kepada orang lain?

Friday, September 21, 2012

Renungan 21 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Jumat, 21 September 2012
 

Ef 4:1-7,11-13
Mzm 19:2-5
Mat 9:9-13 


HAVE I? 

Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.. - Ef 4:2-3

Tantangan hidup di jaman sekarang semakin besar, terlebih lagi bagi kita yang hidup di kota metropolitan.
Salah satu hal yang ditanamkan sejak kita kecil adalah menjadi yang terbaik.
Dengan kata lain, kita diajarkan untuk berkompetisi dengan yang lain.
Bahkan kalau perlu, lakukan apapun agar kita bisa mencapai posisi tertinggi.

Ketika setiap orang mulai berfokus pada kepentingan pribadinya, maka konflik dan perpecahan tak akan bisa dihindari.
Karena yang ingin dikejar dan dicapai adalah kepentingan masing-masing, seringkali membuat kita tidak lagi perduli akan orang lain.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita yang mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Tak jarang kita mendengar atau melihat perpecahan dalam kelompok rohani karena masalah kepentingan dari orang-orang yang ada di dalamnya.
Saat sudah berhadapan dengan kepentingan, orang sering lupa dan mengabaikan ajaran Tuhan yang mengatakan agar kita saling membantu dan berusaha memelihara kesatuan.

Hari ini kita diajak untuk kembali merenungkan bagaimana dengan sikap kita. Apakah kita lebih mendahulukan kepen-tingan diri sendiri daripada memelihara kesatuan, khususnya dengan saudara-saudari seiman?
Apakah saya bersungguh-sungguh dalam menunjukkan sikap saling membantu terhadap sesama? (Jc) 


Tuhan, ajar saya untuk mau membantu sesama yang membutuhkan.

Thursday, September 20, 2012

Renungan 20 September 2012

Renungan Harian Katolik
Kamis, 20 September 2012

1 Kor 15:1-11,
Mzm 118:1-2,16ab-17,28,
Luk 7:36-50

FORGIVEN

Luk 7:48 Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."

Brosis, seringkali kita merasa sangat down ketika sedang di dalam dosa.

Dosa adalah suatu kondisi jauh dari Tuhan. Kita tidak bisa merasakan hadiratNya. Kita selalu saja lemah dan jatuh di dalam dosa.

Jadi kalau kita pikir lagi, kenapa Tuhan tetap mendatangi kita, walau kita sudah mengecewakan Dia berulang-ulang? Kalau kita sebagai pribadi tentu kesal ketika teman kita berbuat salah terus.

KASIH Tuhan yang mengampuni kita. KasihNya sempurna dan tak bersyarat. Dia telah menebus kita di atas kayu salib dengan darah yang mahal.

Tuhan telah menganugerahkan sebuah sakramen yang sangat luar biasa, yaitu sakramen tobat. Melalui itu, dosa kita diampuni oleh Tuhan sendiri hanya dengan syarat: kita mau sadar dan mengakuinya.

Langkah berikutnya adalah bertobat dan tidak melakukan dosa itu lagi. Jika kita sering jatuh bangun, ingat bahwa ini adalah proses kita masing-masing. Bukan jatuhnya yang penting, namun bagaimana kamu berani untuk bangkit.

Sudahkah anda bangkit? (KH)

Wednesday, September 19, 2012

Renungan 19 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 19 September 2012 

1Kor 12:31-13:13
Mzm 33:2-5,12,22
Luk 7:31-35 


KACAMATA NEGATIF 

Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. - Luk 7:32


Memang hal negatif lebih banyak dicari orang daripada yang positif, sampai-sampai ada sebuah acara TV “fashion police” yang isinya mengkritik pakaian para artis.

Tapi mengapa berita negatif lebih cepat kita terima? Mungkin karena kita terlalu banyak menyimpan pengalaman negatif dalam hidup kita. Ya, sebagian besar orang lebi mudah mengingat kejadian buruk daripada yang menyenangkan.
Akibatnya, kita sering memiliki pandangan negatif terhadap orang lain.
Ditambah lagi pengaruh dari berita-berita negatif yang terjadi di sekitar kita.

Orang yang menggunakan kacamata negatif akan selalu menemukan hari yang penuh dengan masalah.
Padahal masalah sebenarnya berasal dari diri mereka sendiri. Sama seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang sudah mencap Yesus sebagai orang kafir karena menentang hari Sabat, akibatnya segala sesuatu yang dikerjakan Yesus selalu dinilai negatif oleh mereka.

Teman, mari kita belajar untuk saling mengampuni dan melepas kacamata negatif yang kita miliki, supaya kita bisa melihat keindahan dari alam dan orang-orang di sekitar kita. Dan percayalah bahwa dunia lebih indah dari kacamata negatif yang kita miliki. (An)  


Apakah saya selalu mengenakan ‘kacamata negatif’?

Tuesday, September 18, 2012

Renungan 18 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Selasa, 18 September 2012
 

1Kor 12:12-14,27-31a
Mzm 100:2-5
Luk 7:11-17 


I AM NOT SUPERMAN! 

Kamu semua adalah tubuh Kristus dan
kamu masing-masing adalah anggotanya. - 1Kor 12:27
 

Banyak dari kita yang seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dianggapnya lebih.
Hal itu berakibat membuat kita menjadi minder dan merasa tidak berguna.
Yang paling menyedihkan, kita menjalani hidup dengan mengasihani diri sendiri dan tak ada satupun yang kita lakukan.

Kenyataannya, setiap kita berbeda.
Karena setiap kita memang dirancang berbeda satu dengan yang lain. Ketika Tuhan menciptakan kita, Dia tidak sedang membuat robot yang semuanya sama bentuk dan fungsinya. Tapi Dia menciptakan setiap kita dengan perbedaan yang signifikan karena Dia punya rencana atas setiap kita.
Saya yakin, ketika Tuhan merancang kita, Dia punya tujuan agar kita dapat saling membantu dan saling melengkapi sesuai dengan talenta dan kemampuan yang Dia taruh di dalam diri kita untuk melakukan misi yang Dia percayakan kepada kita.

Saya ingat pemimpin komunitas saya dulu sering mengatakan, “Kita bukan Superman yang bisa melakukan segala sesuatu sendirian. Kita adalah Tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota, namun saling melengkapi dan saling menopang. Jadi kita saling membutuhkan satu sama lain.”

Ya, saya percaya itulah sebabnya Tuhan menciptakan setiap kita berbeda.
Maka, jadilah diri sendiri dan galilah talenta dan kemampuan yang Tuhan berikan, kembangkan itu, dan lakukan yang terbaik apa yang menjadi porsi kita agar kehendak dan rencana Tuhan bisa terjadi. (Jc) 


Apakah saya merasa mampu melakukan segala sesuatu sendirian?

Monday, September 17, 2012

Renungan 17 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Senin, 17 September 2012
 

1Kor 11:17-26
Mzm 40:7-10,17
Luk 7:1-10 


ORANG ASING 

..iman sebesar ini tidak pernah aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!
- Luk 7:9

Raja Ampat adalah sebuah pulau di daerah Papua yang masuk ke dalam daftar warisan laut dunia UNESCO.
Sedihnya, pulau itu dikelola oleh orang asing, sehingga untuk masuk ke sana pun kita harus membayar dalam dolar.
Angklung adalah alat musik daerah dari Jawa Barat. Tapi sayangnya, karena tidak ada orang Indonesia yang mau belajar memainkannya, para pengajar angklung “diekspor” ke negara tetangga untuk mengajar di sana.

Ironi yang serupa pun terjadi dalam kisah Injil hari ini. Sang perwira yang memohon Yesus untuk menyembuhkan hambanya merupakan seorang asing. Ketika melihat betapa besarnya iman seseorang yang bahkan bukan orang Israel ini, Yesus menjadi heran, karena hal seperti ini tidak pernah Ia temukan dalam diri orang Israel manapun. Padahal seharusnya, orang Israel yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan sejak jaman nenek mo-yangnya selayaknya memiliki iman yang paling besar di antara bangsa-bangsa lain di dunia.

Teman, seringkali kita seperti bangsa Israel di saat itu. Kita tidak menghargai apa yang kita miliki, sehingga kita tidak mau peduli dengan hal itu, sampai akhirnya bangsa lain yang melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.
Seharusnya, kita bisa lebih menghargai apa yang kita miliki, dan bertindak sebagaimana layaknya seorang Indonesia yang sejati. Satu bulan telah lewat dari perayaan kemerdekaan Indonesia. Syukurilah apa yang telah kita miliki sekarang, dan mari kita belajar untuk memiliki dan membangun bangsa ini sebaik-baiknya. (Hd) 


Apa yang bisa saya lakukan untuk lebih merasa “memiliki” Indonesia hari ini?

Sunday, September 16, 2012

Renungan 16 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Minggu, 16 September 2012
 

Yes 50:5-9a
Mzm 115:1-6,8-9
Yak 2:14-18
Mrk 8:27-35


IMAN TERLIHAT DARI PERBUATAN

 

..aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku. 
-  Yak 2:18 

Saya baru menyaksikan film
”For Greater Glory” yang merupakan kisah nyata di Meksiko. Pada jaman itu, pemerintah Meksiko banyak membunuh dan menyiksa umat dan imam Katolik.
Banyak dari rakyat yang memberontak dengan alasan kebebasan beragama dan mengikuti Kristus. Kelompok ini bernama Christeros dan slogan mereka adalah
Viva Cristo Rey! (Hidup Kristus Raja!).              

Salah satu anggota mereka adalah seorang remaja bernama Jose (baca: Hose) yang kemudian tertangkap.
Ia diminta untuk mengingkari imannya kepada Kristus dengan ancaman dibunuh.
Karena keteguhan imannya, ia disiksa dimana telapak kakinya dipotong dan lalu ia dibawa berjalan keliling kota.
Meskipun kesakitan, ia tidak menyerah.
Ketika diberitahu akan dibebaskan jika mengatakan ”Mati bagi Kristus Raja”, ia malah berseru ”Hidup Kristus Raja!”
akhirnya ia ditusuk dari belakang dan ditembak mati.

Pada Tahun 2005, ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI. Selain dirinya, ada 25 imam lainnya yang dikanonikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Saya pribadi sangat terinspirasi oleh iman Jose dan lainnya yang sungguh nyata terlihat dari perbuatan mereka, yang tidak takut mati dan rela menderita demi Kristus. Seandainya Jose menyerah dan tidak setia kepada Kristus, ia mungkin tidak menjadi seorang beato.

Di jaman kita ini, banyak orang beriman namun tidak taat dan tidak setia.
Iman menjadi pengetahuan belaka.
Tetapi iman yang sesungguhnya adalah iman yang terlihat dari ketaatan dan kesetiaan. Jose adalah contohnya. (Alw) 


Apakah iman saya terlihat dari perbuatan, ketaatan, dan kesetiaan saya kepada Tuhan?

Saturday, September 15, 2012

Renungan 15 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Sabtu, 15 September 2012
 

1Kor 10:14-22 atau Ibr 5:7-9
Mzm 31:2-6,15-16
Yoh 19:25-27 atau Luk 2:33-35 


JANGAN BUAT IA CEMBURU
 

Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?
Apakah kita lebih kuat daripada Dia?
- 1Kor 10:22


Lama saya tidak bertemu dengan Ujang yang dulu sering bersama menunggu di halte bis. Sejak tidak lagi bekerja sebagai OB, ia memulai usaha dengan membuka toko kecil di bagian depan rumahnya.
Siang itu saya menyempatkan diri untuk mampir ke rumahnya, dan senang bertemu dengannya yang sedang menjaga tokonya.

Ia terlihat bahagia dan bersemangat menceritakan usaha yang dirintisnya.
Dalam menjalankan usahanya itu banyak godaan yang timbul, khususnya di saat toko sedang sepi. Seolah ada yang membisikkan untuk pergi ke ‘orang pintar’ atau minta ‘penglaris’ agar usahanya maju. Tapi Ujang me-ngambil kesempatan di saat tokonya sepi untuk berdoa rosario dan bersenandung kecil menyanyikan lagu-lagu rohani.

Ketika saya memberikan pujian atas apa yang ia lakukan, ia menggeleng sambil menunjuk salib yang tergantung di dinding tokonya dan mengatakan bahwa ia tidak ingin membuat Tuhan cemburu.
Lagipula, siapakah yang lebih kuat daripada Dia?

Cerita Ujang mengingatkan saya untuk terus bersandar kepada Tuhan.

Karena, tak ada yang lebih kuat daripada Dia, yang menciptakan dan menginginkan yang terbaik bagi semua ciptaanNya. (Au) 

 
Apakah saya selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup saya?

Friday, September 14, 2012

Renungan 14 September 2012

Renungan. Harian Katolik
Jumat, 14 September 2012

Bil 21:4-9
Flp 2:6-11
Mzm 78:1-2, 34-38
Yoh 3:13-17

Bacaan hari ini terdapat 2 situasi yg menggambarkan perbedaan antara manusia (umat israel bacaan Bil) dgn Tuhan (Yesus dlm Flp).
Manusia yg dlm pjalanannya seringkali bosan dan menuntut hak atas hidupnya shg Tuhan mengirimkan ular utk menyadarkan manusia (kaum israel).
Sdangkan Tuhan Yesus tdk mengambil hak-Nya sbg Tuhan, melainkan mengambil rupa hamba dan mengosongkan diri.

Seringkali situasi hidup membuat kita kehilangan atas hak. Namun beranikah kita terus mengasihi dan berjuang seperti yg Yesus lakukan?
Tuhan, tolong bantu kami utk terus dpt hidup dan mengasihi walaupun hak kami seringkali tdk dihiraukan. Amien

Renungan 13 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Kamis, 13 September 2012
 

1Kor 8:1b-7,11-13
Mzm 139:1-3,13-14,23-24
Luk 6:27 

UKURAN
 

Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
- Luk 6:38
 

Saya menyadari kalau ternyata saya punya penilaian tertentu terhadap orang yang saya kenal. Jika orang tersebut memenuhi standar yang saya tentukan, berarti saya akan mudah membangun relasi dengannya. Jika tidak, saya cenderung akan menjaga jarak dengan orang itu.

Nyatanya, apa yang saya lakukan terhadap orang lain, dilakukan juga oleh orang lain terhadap diri saya.
Salah satunya lewat kritikan.
Bagi saya, jika ada orang yang mengkritik saya, berarti ia tidak menyukai saya.
Padahal bisa jadi kritikan yang diberikan bermaksud untuk membangun diri saya agar menjadi lebih baik.

Firman hari ini menegur saya, jika saya punya penilaian tertentu terhadap orang lain, kenapa saya harus marah jika orang lain juga melakukan hal yang sama terhadap diri saya.  Karena itu menurut saya, memiliki standar tertentu terhadap orang lain tidaklah salah, tapi seharusnya ukuran tersebut tidak menjadi batu sandungan, melainkan ukuran itu harus bisa membuat hidup saya dan orang lain menjadi lebih baik lagi.  (Dn)  


Apakah saya memiliki standar tertentu terhadap orang lain?

Apakah ukuran itu memberikan nilai positif bagi hidup saya atau orang lain?

Wednesday, September 12, 2012

Renungan 12 September 2012

Renungan Harian Katolik "Bahasa Kasih"
Rabu, 12 September 2012 

1Kor 7:25-31
Mzm 45:11-12,14-17
Luk 6:20-26 


SABDA BAHAGIA

Berbahagialah hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. - Luk 6:20
 
Membaca Sabda Bahagia di atas bukit ini seperti membaca paradoks.
Bagaimana orang lapar dan miskin bisa bahagia? Bagaimana orang yang dikucilkan, dihina, dan ditolak bisa bahagia? Atau malah sebaliknya; untuk jadi murid Tuhan, harus miskin, kelaparan, dihina, dibuang, dan menderita? Apakah Yesus melarang hidup berkelimpahan dan hidup nyaman adalah dosa?

Arti bahagia dalam Tuhan berbeda dengan definisi yang dunia katakan.
Tuhan menghendaki kita ’miskin’ di hadapanNya, berarti kita tidak terikat akan apapun di dunia ini, baik harta, kedudukan, dan sebagainya.
Segala sesuatu datang dari Tuhan dan dipercayakan pada kita sebagai pengelolanya.

Miskin atau kaya bukan soal seberapa banyak yang kita punya, tapi soal berapa banyak yang bisa kita bagikan.
Ada orang miskin yang ’miskin’, tapi ada juga orang miskin yang ’kaya’, demikian pula sebaliknya.

’Lapar’ yang dimaksud Yesus adalah lapar dan haus akan kebenaran Tuhan.
Jika diaplikasikan dalam kehidupan nyata seperti lapar akan keadilan, lapar akan toleransi beragama, berbagi dengan sesama, juga lapar akan relasi yang erat dengan Bapa melalui doa pribadi.

Pada akhirnya, segala sesuatu datang dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan.
Segala berkat mengalir melalui kita untuk orang lain. Inilah arti bahagia, yakni bila hidup kita berkenan dan memuliakan Tuhan. (Lie) 


Apakah saya sudah hidup sesuai firman Tuhan?